VOC telah berkembang praktik prostitusi di Batavia. Gubernur Jenderal Hindia Belanda JP Coen secara tegas tidak setuju.
Adolf Heuken dalam buku Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta menuliskan kisah asmara yang tragis, antara prajurit VOC, Pieter J Cortenhoeff dan Sarah Specx.
Di gedung balai kota Batavia atau Stadhuisplein, 19 Juni 1629 dilaksanakam eksekusi mati seorang serdadu muda yang menjaga balai kota Batavia, tempat tinggal Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen.
Si prajurit muda adalah Pieter J Cortenhoeff. Ia terlibat asmara dengan bocah cilik putri seorang pejabat tinggi VOC, Jacques Specx. Gadis kecil itu bernama Sara Specx.
Sara Specx berusia 12 tahun saat tinggal di Batavia. Ia jatuh cinta pada Cortenhoeff. Hingga akhirnya malam itu pun tiba. Mereka melakukan hubungan asmara di rumah Jan Pieterszoon Coen. Mengetahui hal itu, Coen marah. Ia lantas memerintahkan untuk menggantung keduanya.
Dulu pada tahun 1970-an warung kopi Tayib masih dikelola istrinya yang bernama Nyik Ri.
Kopi Wak Tayib sangat ramai dengan sajian menu khasnya ketan nasi uduk dan tempe goreng sebagai lauknya. Agak aneh di warung Nyik Ri pembeli dibatasi, misal ada orang beli sebungkus ketan atau nasi uduk satu, maka tempenya harus satu tidak boleh mengambil dua atau lebih, ucapnya.
Dulu warung kopi Tayib buka mulai fajar sampai sore hari, keadaan warung tidak pernah sepi pembeli. Sampai sekarang warung kopi Tayib masih buka diteruskan oleh cucunya.
Selain warung kopi legendaris itu, di Lasem juga dikenal istilah kopi lelet.
Suatu ketika sekitar tahun 1960-an awal di saat santai ngopi, Wak Mudi iseng mencoreng-coreng batang rokoknya dengan memakai letekan atau sisa ampas kopi ke batang rokoknya.
DALAM babad Carita Sejarah Lasem diceritakan bahwa perang Lasem karena kesewenang wenangan pemerintah kolonial Belanda terhadap orang tionghoa yang tinggal di Batavia pada tahun 1740.
Di Batavia timbul pemberontakan orang-orang tionghoa hampir di seluruh pulau Jawa, penyebab utama karena Gubernur jenderal VOC, Valkenier mengeluarkan peraturan, bagi semua orang tionghoa harus memiliki surat izin tinggal (var Bligf verguning). Juga memutuskan untuk mengurangi jumlah penduduk tionghoa diJawa.
Pada tahun 1741 benteng kompeni di Kartosuro berhasil dibakar dan dihancurkan , lalu sunan pakubuwono II menginstruksikan seluruh bupati wilayah Mataram untuk melawan Belanda.
Instruksi ini secara cepat ditanggapi para pejuang Jawa dan tionghoa Lasem. Mereka dipimpin empat serangkai yaitu, Raden Panji Margono putera Tmenggung Tejokusumo V Adipati Lasem, Kyai Ali Badhawi pengasuh pondok pesantren Purikawak desa Sumbergirang, Tan Ke Wi seorang pengusaha tambak ikan dan ubin terra cotta yang ahli