BEBERAPA pekan lalu Amerika Serikat (AS) menyatakan masyarakatnya boleh melepas masker jika sudah mendapat dua dosis vaksin covid-19. Penggunaan masker di luar ruangan dianggap tidak perlu lagi karena merasa sudah aman.
Namun, kebijakan tersebut dikritik keras Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC). Lembaga kesehatan tersebut sekarang mewajibkan masyarakat AS menggunakan masker sekalipun sudah divaksin covid-19 karena merebaknya kasus Varian Delta.
Sebelumnya pada April 2021, CDC juga melonggarkan aturan penggunaan masker. Rekomendasi CDC kala itu berbunyi bahwa orang Amerika yang sudah divaksin lengkap tidak harus menggunakan masker, kecuali berada dalam kerumunan besar. Pedoman baru CDC menyatakan bahwa mereka yang sudah divaksin lengkap tetap harus pakai masker di tempat yang ramai, seperti di bus, pesawat, dan rumah sakit. Di sekolah pun guru, murid, staf, dan pengunjung harus memakai masker saat berada di dalam ruangan, jelas laporan
VAKSINASI menjadi upaya yang harus terus dilakukan di tengah bermunculannya mutasi covid-19, termasuk Varian Delta Plus. Vaksin covid-19 masih dianggap cukup mampu memberi perlindungan dari keparahan penyakit jika terpapar virus corona.
Ditemukannya Varian Delta Plus di dua wilayah Indonesia sudah sepatutnya menjadi perhatian utama semua orang. Bukan hanya masyarakat dengan memperketat protokol kesehatan, tetapi pemerintah juga agar meningkatkan testing genom untuk melacak evolusi virus.
Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, menerangkan salah satu sifat yang dimiliki Varian Delta Plus adalah resisten terhadap terapi antibodi, bahkan terhadap mereka yang sudah divaksin. Artinya, orang yang sudah divaksin tetap memiliki risiko terpapar varian dengan simbol AY.1 tersebut.
Kebanyakan dari mereka yang meninggal belum mendapatkan vaksin, ungkap laporan tersebut.
Oleh karena itu, vaksinasi masih menjadi upaya mencegah seseorang terinfeksi covid-19 varian apa pun. Hal ini sebagaimana disampaikan epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, bahwa vaksinasi, 5M, dan 3T menjadi upaya terbaik yang harus dilakukan. Penemuan Varian Delta Plus di Indonesia menunjukkan seberapa pentingnya pelaksanaan Test, Tracing, dan Treatment (3T) serta disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan 5M. Baginya, vaksinasi, 3T, dan 5M adalah tiga aspek yang harus dilakukan secara lebih kuat lagi untuk merespon kemunculan Varian Delta Plus ini, kata Dicky melalui pesan singkat belum lama ini.
Ia melanjutkan, dikarenakan Varian Delta Plus cepat menular, maka harus diperkuat ketiga unsur tersebut.
VARIANDelta Plus menjadi perhatian utama belakangan ini. Mutasi dari varian Delta tersebut bahkan dianggap jauh lebih kuat dan berbahaya dibanding varian sebelumnya.
Di Indonesia, diketahui telah ditemukan kasus varian Delta Plus di 2 wilayah. Tentu, ini perlu disikapi serius oleh pemerintah agar penyebarannya bisa dihentikan sesegera mungkin.
Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, bahkan menduga penyebaran sudah terjadi di area ditemukannya kasus. Hal ini kemungkinan karena rendahnya genom sequence di Indonesia.
Padahal, katanya, varian Delta Plus ini memiliki 3 sifat utama yang perlu dikhawatirkan oleh semuanya. Apa saja sifat tersebut? Varian Delta Plus ini resisten terhadap terapi antibodi, varian ini juga mengikat sangat kuat di reseptor ACE 2 yang artinya penularannya sangat cepat dan mudah. Pada beberapa obat uji, varian ini diketahui resisten serta bisa menurunkan efikasi respons antibodi tubuh. Bahkan pada orang yang sudah divaksin, ujar D